Untukmu pria-pria
obral kata yang dengan bangga berkata “ Bukankah sudah kukorbankan segalanya
bagimu, wanita ? Tidakkah kau merasa, cintaku padamu sebesar bla bla bla,
setinggi bla bla bla..
Stoplah, menggombali
anak gadis orang yang jelas tak halal bagimu, berkatalah cinta pada Ibu,
berkorbanlah untuk saudari kandungmu, dan bekerjalah dengan penuh ikhlas hanya
untuk yang jelas darinya kau mendapat ridho Sang Kuasa.
Bicara tentang
berkorban, sudahkah kau tahu betul artinya ? Jika bicara tentang pengorbanan,
tengoklah siroh dimana kau tahu Ali sepupu Nabi, termasuk dari sepuluh orang
pertama yang masuk islam, yang dicinta dan mencinta Alloh, dicintai dan
mencintai Nabi, yang dengan keikhlasan rela menggantikan sang nabi, tertidur
diatas pembaringan, diluar algojo-algojo yang tertutup mata hati dengan uang
yang ditawarkan Quraisy Mekkah tengah menunggu, dengan pedang-pedang panjang
nan terasah terang. Itulah pengorbanan, dan apakah Ali mengeluh, menangis
sambil mundur dan berkata “kenapa harus aku ? Aku masih terlalu muda untuk mati
diatas ranjang, hanya beri aku kuasa membawa pedang ditengah padang, agar
mereka tahu aku Ali yang syahid sebagai panglima perang. “
Tidak. Ia hanya mengangguk, mengiyakan. Berkorban bagi Ali adalah dengan mengalahkan ego duniawinya, mengalahkan cinta atas harta, usia dan segala hanya demi agama Alloh, atas cintanya pada Maha Cinta, dan atas gairahnya akan surga. Semua menjadi terasa tak seberapa untuk ia kobarkan, dengan langkah tegap ia berbaring menggantikan Nabi sambil menanti detik terpenggalnya kepala.
Tidak. Ia hanya mengangguk, mengiyakan. Berkorban bagi Ali adalah dengan mengalahkan ego duniawinya, mengalahkan cinta atas harta, usia dan segala hanya demi agama Alloh, atas cintanya pada Maha Cinta, dan atas gairahnya akan surga. Semua menjadi terasa tak seberapa untuk ia kobarkan, dengan langkah tegap ia berbaring menggantikan Nabi sambil menanti detik terpenggalnya kepala.
Jika kisah Ali menjadi
terlalu purna bagi kita yang durja, cobalah intip kisah yang tercecer tiap
detiknya, disekitar kita, tentang mereka, orang tua.
Pernahkah kita mengantar
ayah sampai pintu rumah saat akan berangkat bekerja ? Jika belum pernah,
cobalah sekali, tatap lamat punggungnya yang lebar, punggung yang dulu
senantiasa menjadi tempatmu bersandar tatkala digendongnya, punggung yang
sampai sekarang mungkin masih tegap, namun coba kita bayangkan lima atau tujuh
tahun lagi, punggungnya akan kian menurun, lemah dan butuh baju lapis tambahan
karena kian rentan akan cuaca dingin.
Pernahkah ia mengeluh ?
Pernahkah ia ngembek karena kelelahan bekerja mencukupi kebutuhanmu ? Itulah
pengorbanan.
Dari ayah, kita
belajar arti ikhlas bekerja tanpa pamrih, tanpa diminta.
Atau dari ibu, pernah
coba cari tahu rasa sakit saat melahirkan itu seperti apa ? Coba yuk, daripada
tanya google, tanya saja ibumu, sambil membantu ia memasak makan malam,
bagaimana dulu saat melahirkanmu. Maka akan keluar sebuah kisah pengorbanan dan
kau pun bisa menyimpulkannya sendiri, ditengah curahan hatinya, kau tahu
pengorbanan membuat seseorang tiba-tiba kebal, mati rasa akan sakit, malah
tersenyum teduh dan tak mengeluh.
Kini masihkah kau tega bermain-main dengan arti kata pengorbanan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar