Selasa, 12 Mei 2015

Mengalahlah Waktu



weheartit.com

Mengalahlah sedikit, waktu
Kami minta sedikit jeda untuk sekedar memandangi satu persatu raut wajah, menghapal kebiasaan dan memotret nama dalam dada.

Menunduklah sedikit, waktu
Ada beribu kata terima kasih dan maaf yang mesti kami ucap di ujung kebersamaan namun kelu saat akan keluar dari kerongkongan.

Senin, 11 Mei 2015

Sepucuk Rindu

weheartit.com



Ku ambilkan kau sepucuk embun dari Lampung.
Tadi pagi saat aku keluar dari pintu depan kosan, kudengar ia bernanyi merdu.
Lagunya tentang rindu.

Ku karungkan angin yang memainkan kerudung ungu ku, ku bawa cerita yang terlalu banyak jika mesti ku eja lewat kata dengan kertas dan pena. Temanya juga tentang rindu. Ku titipkan padanya, angin pun telah mengangguk dan menyanggupi untuk menyampaikan.
Apakah kini pesannya telah sampai ?

Sabar yang Baik


wordpress.com

Bulan tlah berganti.
Telah 3 minggu disini.
Aku masih baik.
Kau, bagaimana ?

Hujan masih sesekali turun.
Panas terik masih melegamkan kulit.
Anak-anak tetap ceria.
Padi telah mulai merunduk dan menguning.
Disana, bagaimana ?

Memikat, Membuat Ingat



Adakah rasa cinta yang begitu memikat, membuatmu ingat ?
Adakah rasa peduli hingga sampai nadi, hingga kau igau dalam malam dingin dan kau hela saat pagi ?
Adakah pengorbanan melebihi pada kandung saudara, melompati ikatan darah dan melewati batas wilayah ?

Ku jawab ada, kini sedang kurasa.
Pada kalian wahai saudara seiman.
Yang menabur benih cinta, yang mengibas sepi.
Dan yang rela berperih, bersedih,berdiri menemani.

Minggu, 10 Mei 2015

Musa




tumblr.com

Aku merindukan sesosok Musa.
Yang paham bahwa berjalan dibelakang perempuan adalah bencana.
Maka ia menunduk melangkah duluan, mendengarkan arahan.

Aku merindukan sesosok Musa.
Yang menjaga matanya, menjaga lisannya.
Yang kisahnya menjadi pelipur lara Rasulullah yang tengah duka.

Jadilah Lebih



tumblr.com
Jika tidak ada yang tersenyum.
Lakukan lebih dulu.
Jika tidak ada ucapan penghargaan.
Ucapkan lebih dulu.

Jadilah pemantik.
Jadilah menara cahaya.
Tak perlu terlalu jumawa.
Tak perlu dikenal banyak manusia.
Hanya jadilah sederhana.
Agar manusia tak segan melangkah bersama.

Bagaimana Mungkin, Bagaimana Bisa ?




Bagaiman mungkin aku tak rindu 
Jika senyum dan nada suara paling baik selalu kalian berikan tiap kita bertemu.

Bagaimana mungkin aku tak cinta ?
Sedang kalian membuat pelupuk kedua mataku selalu basah karena terharu rasa.

Bagaimana mungkin aku tak bahagia ?
Bila bersama kalian aku mendapati kebersamaan yang indahnya bagai secuil surga.

Bagaimana mungkin aku tak harap jumpa ?
Bahkan di mimpi pun aku lega saat ku tengokan muka ada kau menemani di sana.

Drama Romantis, Ibu dan Gerimis

flickr.com

Di gerimis yang membasahi hijab putih ku yang terulur, ku titipkan rindu untuk menatapmu, Ibu. Di jejak langkah tanah becek dan kubangan air yang membuat kaus kaki cokelatku basah karena lubang di sepatu putih yang ku kenakan, ku rangkai doa penuh cinta atas segala pengorbanan yang kau lakukan.
***
Hujan membawaku pada memori di malam-malam yang telah kita lewati, di malam dingin dengan derasnya hujan yang mengalir, kau kenakan mantel hitam, memasukkan sepatu ke dalam tas biru, memakai helm, dan membungkus kaki yang mengenakan sendal jepit dengan kresek hitam besar.
Kau yang begitu tangguh dan aku yang mengantar kepergianmu sampai di depan pintu rumah sederhana kita yang bercat biru, dengan senyum dan hati yang basah oleh embun keharuan.