Nak,
Ibu mu ini juga pernah berumur belasan, terisak di kamar sambil membuat puisi
karena patah hati akibat cinta dalam diam. Tapi sungguh setelah melewati
semuanya hanya ada kelegaan yang kan kau rasa, dan karya bertumpuk tentang rasa
yang tak tersampaikan, bisa kau kumpulkan, menjadikannya buku lalu bagikan ke
teman-teman seumuran.
Nak,
Ibu mu ini juga pernah marah, merajuk, menyumpah dalam hati karena lelah,
karena marah, karena sering sekali memiliki perbedaan cara pandang dengan
nenekmu, Ibu nya ibu. Tapi tak lantas Ibu akan menyerah dengan amarah, pergi
dan tak lagi mau mendengarkan. Kendalikan dirimu, nak. Karena sejatinya yang
kami, orang tuamu mau hanyalah kebaikan. Jika mungkin kau kurang berkenan,
diamlah sejenak, tunggu kami selesaikan pendapat. Lalu mendekatlah, beri kami
senyuman sambil sesekali memijat bahu kami yang mulai lunglai dimakan usia.
Jelaskan rasa hatimu, coba buat kami paham. Dengan kesantunan, lewat kata yang
enak didengar. Karena sejatinya kami sadar, bahwa tak selamanya orang tua
selalu benar. Ada kalanya kami salah, terlalu khawatir membuat kami emosional
dalam mengambil keputusan. Redakan kekhawatiran kami dengan elusan sayang dan
kecup mesra di punggung tangan. Jadilah dewasa hingga kami tak lagi ragu untuk
melepasmu sendirian, ditemani doa dari pagi hingga malam yang kami gumamkan
pada Sang Pemilik Kehidupan.
Kau
masih begitu muda, tapi jelas kau tak lagi mau dianggap anak kecil yang belum
tahu hitam putih dunia. Namun kau juga tak bisa dusta, kau buah hati kami,
masih begitu rapuh. Kesalahan membuatmu sedih dan terpuruk, patah hati
membuatmu menangis dan tak selera makan. Kau berkali terjebak dalam mood galau.
Karena
itu izinkan kami memberi sedikit pelajaran dan teladan dengan penuh cinta.
Karena kami pernah melewati masa-masa yang kini kau rasakan. Asam garamnya,
manis pahitnya kami sudah lewati hingga akhirnya sampai di titik ini. Menjadi
orang tua. Orang tuamu yang kadang tak sempurna kata dan lakunya. Yang kadang
tak sempurna menahan marah dan kerasnya.
Karena
kami cinta padamu, anakku. Ini bukanlah jenis cinta yang kau rasa baru-baru ini
pada lawan jenis idaman. Bukan jenis cinta monyet anak usia belasan.
Ini
jenis cinta yang kau tak pernah perlu menerima balasan. Cukup kau ungkap dan
buktikan.
Cinta
orang tua pada anaknya itu, sejatinya perpanjangan tangan Tuhan bagimu di
dunia. Karena terlalu banyak kami simpan maaf bagimu bahkan sebelum kau
melakukan kesalahan. Karena kami menyimpan begitu banyak persediaan cinta
bagimu, sebelum kau mengerti arti cinta sebenarnya, sebelum kau belajar merayu
anak orang.
Mungkin
masih terlalu kecil bagimu, mengeja makna cinta yang sebenarnya. Kau mau Ibu
beri saran bagaimana mengenal cinta yang sesungguhnya ? Cintailah dulu keluargamu,
maka kau akan dapatkan bekal untuk mencintai sesama. Karena dari cinta
keluarga, kau akan dapati arti tanggung jawab, kejujuran, serta kesetiaan.
Ambillah semua sebagai pelajaran, untukmu mengarungi hidup ke depan.
Jangan
nak, jangan sekali-kali menjadi bagian dari mereka yang mengecilkan arti
kesetiaan, jangan jadi bagian dari mereka yang menganggap cinta hanya produk
kuasa dan harta. Karena kau terlahir dari cinta dengan cinta kau kemudian kami
besarkan. Bagilah cinta dan sebarkan ke semesta. Cinta yang murni, yang
bermanfaat bagi sesama.
Kau
mau tahu rasa jatuh cinta yang sebenarnya ? Sssttt.. Ibu beri bocoran, rasanya
begitu manis dan teduh. Seperti rasa yang telah kami kecap saat pertama kali
melihat wajahmu setelah Ibu berjuang melahirkan dan Ayahmu dengan pucat dan
khawatir menunggui. Rasanya begitu menyegarkan, seperti saat pertama kali
melihat kaki mu melangkah pelan-pelan dan kami menunggu di ujung untuk segera
kau gapai.
Semua
begitu Ibu ingat, hingga terasa baru terlewat kemarin lusa. Terima kasih, nak.
Menjadi bagian dari indahnya cinta halal yang di ridhoi Tuhan.
Terima
kasih telah menjadi anak kami. Kami mencintaimu selalu.
Mbak.....aku nangis baca tulisan ini. Seperti merasa mendengarkan nasehat ibuku sendiri, seolah-olah Ibu yang mengungkapkan kalimat-kalimat yang Mbak tulisa. Terlebih ketika sampai di kalimat ini "Cintailah dulu keluargamu, maka kau akan dapatkan bekal untuk mencintai sesama. Karena dari cinta keluarga, kau akan dapati arti tanggung jawab, kejujuran, serta kesetiaan. Ambillah semua sebagai pelajaran, untukmu mengarungi hidup ke depan."
BalasHapusSalam kenal mbak :)
Iya. Salam kenal juga. Panggil Nita aja ya. Saya masih muda kok, belum punya anak beneran :3
BalasHapusAlhamdulillah kalau bisa diterima maknanya dengan baik.