Ada fenomena baru, dimana menebak nebak rupa dan nama jodohmu menjadi semacam aktivitas seru penghabis waktu.
Ada cara baru berlindung atas nama kerinduan seorang lajang, kemudian merasa bebas menyebarkan virus kegalauan.
Dan yang paling menyedihkan daripada semua ribut-ribut di atas adalah, sepasang manusia yang memahami hukum pergaulan islami, yang tiap ucap berisi tausyiah islami dan raga yang berbalut pakaian syar'i mesti terjebak pada diam yang saling memikirkan, kemudian mulai menjalin hubungan. Sayangnya untuk fenomena yang terakhir hampir semua pelaku ketahuan.
Aneh memang, terlebih bagi yang telah mengerti. Bukankah kedewasaan ilmu, mestinya membuat kian patuh dan tunduk karena tlah tahu konsekuensi atas laku yang takutnya malah jadi pembenaran dan tokoh peniruan.
Selalu ada pilihan. Menikahlah jika telah mampu dan tak lagi sabar. Jika masih begitu banyak pertimbangan, ketakutan dan amanah yang mesti dikerjakan, berpuasa menjadi perisai dari terjebak dalam momen-momen yang termanfaatkan sebagai ajang kemaksiatan.
Boleh membicarakan tentang pernikahan, tapi bukan tentang jodoh yang belum ketahuan.
Mendadak rindu, mendadak tundukan kepalamu.