Kamis, 30 Januari 2020

MENGOPERASI ISI KEPALA


Perempuan layaknya binatang buruan, kadang. Kita dipojokkan dengan berbagai taring dan gigi tajam iklan yang entah bagaimana dibuat terkesan meminta kita berkaca dan menyadari betapa memalukannya tampilan luar diri.

“Mau lebih tinggi?”
“Memperbesar payudara dengan konsumsi produk ini..”
“Hidung mancung seketika tanpa operasi.”

Photo by Yoann Boyer on Unsplash

Perempuan diperdaya pada pemahaman bahwa laki-laki, punya ciri khas ketertarikan tunggal; pada keindahan fisik. Maka perempuan lalu berlomba tampil cantik, muda dan seksi.

Rumah Kita Bersama, Indonesia



“Kalau kita temenan sama mereka, nanti kita masuk neraka ya, Kak?” suatu hari seorang gadis cilik mendatangiku untuk bertanya. Dengan mengernyitkan dahi aku melihat ke arahnya lalu duduk menyejajarkan pandangan kami berdua. Tepat di bola matanya yang hitam sempurna, aku menatap dan membayangkan siapa dan atas dasar apa seseorang mengatakan hal yang menyedihkan seperti itu. 
Kita boleh kok temenan sama siapa saja. Saling tolong menolong dalam kebaikan.” Kuusap kepalanya.

Pengalaman ini menjadi catatan tersendiri di kepalaku. Wajah gadis cilik yang kebingungan itu bagiku adalah wajah kebingungan bukan hanya satu orang namun juga sebagian besar dari kita. Betapa banyak hal yang terjadi wara-wiri di berita, sosial media atau di kehidupan sehari-hari di mana sebagai warga negara, kita mempertanyakan kembali tentang arti berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Produk Indonesia Jadi Raja di Negaranya

Tumbuh sebagai remaja muda di daerah kecil di pedalaman Indonesia, aku dan anak-anak baru gede  di wilayah kami terbiasa jajan skincare dan make up di warung-warung palugada (apa lu mau, gua ada) atau untuk yang lebih lengkap lagi; toko-toko di pasar. Kami juga tumbuh dengan berbagai tanaman yang dipercaya turun temurun punya daya untuk kecantikan dan kesehatan.
Begitulah perkenalanku dengan berbagai perawatan tubuh dan warna warni make up bermula.

Photo by Noah Buscher on Unsplash

Agak besar, setelah merantau ke kota dengan lebih beragam manusia serta interaksi dan berbagai kemudahan akses media sosial, aku jadi semakin terpapar informasi terkait topik kecantikan. Perlahan aku mengenal tentang skincare dari Korea yang menjanjikan kulit putih, bersih sampai pori-pori terlihat samar. Tertarik, aku pun mulai mencoba hingga mengoleksi beberapa merk yang selalu tampil di laman rekomendasi.

MENONTON KIM JI YOUNG 1982, MELIHAT AKU DI DALAMNYA


Kamu harus berpakaian dengan layak,” ucap Ayah Kim Ji Young saat menjemput putrinya yang menangis ketakutan usai turun dari bus. Keterangan lebih lanjut tentang apa yang terjadi di bus tersebut bisa kamu saksikan sendiri di filmnya.
Aku, kamu dan sepertinya hampir semua perempuan di dunia ini pasti pernah mendengar nasihat dengan maksud yang sama.

Photo by Han Chenxu on Unsplash



Hai kamu perempuan, berpakaianlah sesuai aturan agama agar aku bisa menjaga mata dan syahwatku. Jangan tambahi dosa kami dengan melihatmu berpakaian tapi telanjang.”
Kalau ini versi ‘solehnya’ yang intinya juga sama, mengatur bagaimana perempuan mesti berdandan.


Beberapa waktu lalu seorang Akhi di grup alumni forum keislaman yang aku ikuti saat kuliah dulu, memotret postingan instagramku dan mengirimkannya ke GRUP. Iya, grup bukan pesan pribadi. Mengatakan bahwa aku telah berubah dan menasihati agar aku bisa menjadi contoh adik-adik lain dalam berpakaian.