Minggu, 31 Maret 2013

Kasih, Berkorbanlah


Kasih itu menggetarkan hati, Ya Rabbi. Jika secercah sayang yang kau titipkan di segumpal daging bernama hati, kalbu kami, sebegitu meneduhkan dan menghadirkan tarikan senyuman, maka apakah yang menghalangi kami untuk mencintaimu sang pemilik hati, pemilik diri ?

Pengorbanan itu memanggil riak-riak air dipelupuk mata untuk berkumpul, menggumpal, menggendor-gedor keluar, menyaksikan karena cinta manusia rela mengorbankan semua, lalu apakah yang membuat kami tak rela berkorban waktu, harta, dan jiwa pada Mu, Kasih ?

Bukankah hanya cinta yang mampu menebus cinta, lalu apa yang selama ini kami lakukan, menangguhkan hutang pengorbanan, cinta dan kasih yang besar ?

Minggu, 17 Maret 2013

Tersengat


Puluhan bola mata itu terbelalak lebar, dengan deru napas yang sama, tarikan bibir yang kurang lebih memiliki makna yang serupa, mengeja niat untuk menghamba.
Kami yakin pada Mu Ya Allah, kami tahu Nabi kami tak pernah dusta.

Terima kasih padamu sang Da'i, hamba Allah yang tlah bersedia berbagi, tlah menjadi pemantik bagi jiwa-jiwa labil kami yang penuh kegamangan, pada tiap sangka yang terlontar atas fatwa yang selalu ribut saling berebut, kami kalang kabut tak tahu mana yang mesti kami gigit kuat dalam niat, satu persatu hati kami tereenggut, merengut karena yang kami lihat kami sangka sebagai wajah agama ini yang sebenarnya.

Itulah masalah kami para sok tahu, saat tanya terlontar pada yang bukan ahlinya, saat ketidaktahuan berbalas acuh dan gelengan kepala tanpa minat, pundak-pundak kokoh kami pun menjadi lemas, terbias. Dan perlahan kami pun mulai kehilangan minat, berguguran, sibuk mengurus dunia atas nama sejahtera semata, mulai kami sampirkan sejadah di belakang pintu, ditemani karat paku dan rayap pemakan kayu, perlahan kami lontarkan  alasan, pembenaran atas kesalahan yang tersingkap di mata, dan kami masih merasa baik-baik saja, tanpa ingat siapa pemilik mulut kami yang congkak mencaci, siapa pemilik kaki kami yang enggan beranjak saat muazin serak mengumandangkan panggilan menghadap, kami bahkan lupa siapa pemilik semesta tempat kami sombongkan harta, rupa, dan tahta semata.

Terima kasih Da'i, atas kesediaan saling mencintai karena syahadat itu tlah sama kita ucap, karena nama muslim tlah sama kita sandang, karena hati itu tlah saling terkait tanpa perlu satu persatu berebut saling berjabat tangan dan melontarkan sapaan ringan.
Karena nasihatmu dari hati yang peduli bagai sengat lebah bagi jiwa-jiwa kecil nan tandus ini, kami tersengat, tersengat untuk mencintai Illahi, mencintai Nabi dan terus memperbaiki diri. Tersengat untuk menangis, menahan perih, hingga sedu sedan, mengingat waktu yang tersiakan tanpa tahu tujuan besar yang tlah Allah persiapkan.
Terima kasih Da'i atas sengatan semangat, dentuman-dentuman jantung yang berpacu, niat yang terukir, dan doa yang tersampir atas nama hati yang terpaut dalam janji pasti, jayanya islam kini dan nanti.

Ust. Felix Y. Siauw atas inspirasi tak bertepi, terima kasih tlah berbagi.

Sabtu, 16 Maret 2013

Merindumu, Masa Lalu


Beri aku waktu untuk berbagi peluh dan isak lesu yang tak lagi tergugu, aku merindumu, masa lalu. Merindu segala tingkah polos dan endusan napas kesalmu, aku rindu rengekanmu tanda kau minta dirayu.

Karena bergerak dan berubah adalah keniscayaan, diantara malam kesekian yang telah lewat dan akan terus berlari untuk menjalankan kehedak Sang Kuasa, kukirim sepenggal syair sederhana menemani perjalananmu, membantu mengusap peluh, atau setidaknya menimbulkan senyum kecil penghapus lelah sesaat.
Aku merindumu masa lalu, mengenang dan mulai berlari kebelakang menyeret ingatan dan bayanganmu yang kian samar, menggandengmu menuju taman asa yang telah kita tulis sekian lama, mengingatkanmu untuk terus maju dan tak mau kalah dengan ketidak jujuran dunia.

Bagaimana nantinya kita, kau dan aku tahu tak perlu lagi untuk menipu waktu, karena tlah melewati segala kecemasan dulu menjadi penandai proses kita terus berjalan. Tak perlu mengeluh tentang ketidak adilan dan segala usaha yang tlah kau keluarkan, karena aku tak butuh segala pembenaran, aku hanya butuh kamu menjadi sebuah ada, menjadi tak lagi imaji yang tak pernah bisa aku kaji.