Menulis kenangan, gumaman dan rencana menjadi simpul-simpul kecil penanda kehidupan
Kamis, 20 Februari 2014
Gugur dan Minum part terakhir
Dengan membawa beberapa kardus yang ukurannya cukup besar.
Sedikit kepayahan karena menggontongnya sendirian.
Pagi yang cukup sial ternyata masih harus disempurnakan dengan terdengarnya tawa memilukan dari kamar sebelah.
Apa-apaan itu ? Hantu ?
Gugur dan Minum part 2
Aku tak pernah tahu kau punya bakat melucu.
Kau juga tak punya bakat akting untuk mengelabui.
Tapi kenapa mudah sekali kini aku tertawa namun merasa tersakiti ?
Kenapa aku bisa terbujur sepi di pojok kamar sambil meneteskan air mata namun bibirku terbuka mengeluarkan suara tawa ?
Aku dibohongi sekian lama.
Sebegitu mudahnya kah wanita sepertiku kau usir pergi ?
Gugur dan Minum part 1
Katamu di sore itu "Jangan percaya mereka, aku saja, aku saja yang boleh kau dengar."
Aku hanya mengangguk, takut.
Teriakmu di malam itu, "Tak usah berkumpul bersama mereka. Pengganggu !!"
Jadi tak ku balas sms atau sapa kawan-kawanku.
Kau ingin ditemani, baik ku gandeng mesra jemari.
Kau ingin didengar, kupasang telingaku lebar-lebar.
Kau ingin kau saja, maka aku menyimak sendiri.
Sabtu, 08 Februari 2014
Pesan Cinta Untuk Anakku
Nak,
Ibu mu ini juga pernah berumur belasan, terisak di kamar sambil membuat puisi
karena patah hati akibat cinta dalam diam. Tapi sungguh setelah melewati
semuanya hanya ada kelegaan yang kan kau rasa, dan karya bertumpuk tentang rasa
yang tak tersampaikan, bisa kau kumpulkan, menjadikannya buku lalu bagikan ke
teman-teman seumuran.
Nak,
Ibu mu ini juga pernah marah, merajuk, menyumpah dalam hati karena lelah,
karena marah, karena sering sekali memiliki perbedaan cara pandang dengan
nenekmu, Ibu nya ibu. Tapi tak lantas Ibu akan menyerah dengan amarah, pergi
dan tak lagi mau mendengarkan. Kendalikan dirimu, nak. Karena sejatinya yang
kami, orang tuamu mau hanyalah kebaikan. Jika mungkin kau kurang berkenan,
diamlah sejenak, tunggu kami selesaikan pendapat. Lalu mendekatlah, beri kami
senyuman sambil sesekali memijat bahu kami yang mulai lunglai dimakan usia.
Jelaskan rasa hatimu, coba buat kami paham. Dengan kesantunan, lewat kata yang
enak didengar. Karena sejatinya kami sadar, bahwa tak selamanya orang tua
selalu benar. Ada kalanya kami salah, terlalu khawatir membuat kami emosional
dalam mengambil keputusan. Redakan kekhawatiran kami dengan elusan sayang dan
kecup mesra di punggung tangan. Jadilah dewasa hingga kami tak lagi ragu untuk
melepasmu sendirian, ditemani doa dari pagi hingga malam yang kami gumamkan
pada Sang Pemilik Kehidupan.
Gadis Dua Puluh Satu
Tahun-tahun berlalu. Waktu cepat sekali melangkah
jauh. Meski dalam prosesnya masih sering aku mengeluh atas hari-hari lelah dan
kuyu, ada rindu-rindu merah jambu yang ku bagi denganmu dan bisik-bisik rahasia
yang memenuhi semesta kamar kos tempat kita berbagi cerita. Ada cie cie
kemudian kecewa. Hehe...
Kita beranjak dewasa juga, bergerak dari seragam
putih abu-abu menuju status mahasiswa yang insya Allah kita isi dan niatkan
menjadi ladang perbaikan diri yang tak ada akhirnya.
Telah jauh juga jarak dari hari dimana pertama kali
kita bertemu. Hari dimana aku memandangmu cuek dan menjawab tanya dengan
singkat, kau mengingatnya sedangkan aku tidak. Maaf ya, mak J
Pesan Cantik Untuk Perempuan
Seperti layaknya subuh
yang sibuk berhias saat mentari masih terlelap di peraduan, makhluk Tuhan
bergelar
perempuan juga telah bangun dari pembaringan, namun bukan untuk
berhias tapi menghias.
Menghias rumah dengan
bau bumbu dan suara-suara peralatan memasak saling berbenturan. Lesung yang
bekerja menghaluskan bumbu, minyak dan bawang yang menghantarkan bau wangi yang
memenuhi dapur, bau ikan setelah digoreng, nasi yang pulen dengan asap yang
menari di atasnya, dan buah segar yang menarik hati untuk segera disantap.
Langganan:
Postingan (Atom)