Kamis, 20 Februari 2014

Gugur dan Minum part 1


Katamu di sore itu "Jangan percaya mereka, aku saja, aku saja yang boleh kau dengar."
Aku hanya mengangguk, takut.

Teriakmu di malam itu, "Tak usah berkumpul bersama mereka. Pengganggu !!"
Jadi tak ku balas sms atau sapa kawan-kawanku.

Kau ingin ditemani, baik ku gandeng mesra jemari.
Kau ingin didengar, kupasang telingaku lebar-lebar.
Kau ingin kau saja, maka aku menyimak sendiri.



Meski di balik bayanganmu yang besar tak kau coba kenal kan aku pada semesta hidupmu. Aku hanya terjepit di pinggir, semua tentangmu saja.
Tapi aku selalu percaya akan ada waktu kau tuntun aku dengan bangga dan mengenalkan pada dunia.
Jadi aku hanya menunggu.

Aku belajar bicara seperti gayamu. Aku belajar hidup sepertimu. Semua untuk kesenanganmu, hingga lupa apa yang ku senangi dan bisa ku jalani untuk hidupku sendiri.

Pagi ini kau genggam jemariku lagi, membawaku ke tepi pantai yang indah dan sepi.
Aku tersenyum karena tahu kau tengah gugup.
Jarang sekali ku lihat ekspresi itu memenuhi rautmu.

Kau mengambil sebuah cincin di kantung celana hitammu yang sebelah kanan.
Aku gemetar bahagia.
Inikah waktu yang ku nanti, inikah saatnya ?

Kau bawa lubang cincin itu melewati wajahku dan masuk ke jari manis tangan kananmu.
Hening.
Apa ini ? Aku benar-benar tak mengerti.
Kau tengah bercanda ? Tapi kenapa aku ragu jika ku tilik dari wajah serius yang kau arahkan menatap pasir yang jumlahnya ribuan memenuhi sepatu.

"Aku telah menikah seminggu yang lalu. Maaf."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar