Selasa, 21 Mei 2013

Pendidik, Pendidikan, Berpendidikan






Pagi ini nuansa belajar mengajar masih kita dapati, diskusi-diskusi panjang dengan jubalan opini-opini baru dari para pakar sedang digodok matang dan dibagian lain terpisah jarak dan daya pandang sedang duduk berjubel anak-anak sekolah dengan seragam terbaiknya.

Pendidikan masih merupakan nafas tanah ini, meski kebobrokan tak jua meluntur dan berangsur pergi, berita terakhir tentang pendistribuasian soal dan pencabutan adanya Ujian Nasional di Sekolah Dasar menjadi salah satu topik seru.

Bagi kita para mahasiswa yang sedang menjalani proses panjang pendidikan mungkin terasa miris dengan fakta lapangan sekarang yang tak sesuai amanat pendidikan. Kusut masai praktiknya seakan membuat kita lupa dengan tujuan sejati proses pendidikan itu sendiri.

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bunyi pasal 33 ayat 3 UUD.

Sedangkan pada UU Sisdiknas 2003,disebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk

Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab .

Namun sayangnya ranah filosofi dari pendidikan ini seakan tak tersentuh, tergusur oleh nilai kognisi yang mengabaikan nilai-nilai karakter dan afeksi.

Pendidik sebagai punggawa vital atas tertransfernya nilai-nilai yang humanis dan berkarakter tentu diharapkan mampu meningkatkan kualitasnya,

Riilnya bagi kita manusia-manusia yang tengah menjalani proses dan mengaku sebagai makhluk berpendidikan tak hanya acuh, apatis atas PR besar perbaikan Negara ini, pendidikan tak hanya menjadi ranah mahasiswa FKIP, tak hanya menjadi tugas dosen dan guru, atau para penampu kekuasaan di istana, ini mega proyek perbaikan, menjadikan pendidik mamahami betul apa itu pendidikan hingga mampu menghasikan output siswa, mahasiswa, manusia-manusia terdidik yang tak hanya hapal rumus dan teks pelajaran namun juga memenuhi nilai-nilai karakter yang penting agar terciptanya manusia-manusia berpendidikan yang tak hanya cerdas namun juga bermoral.

Penutup, mengutip pengantar untuk buku Kelasnya Manusia, karya Munif Chatib dan Irma Nurul, Mizan, 2013
Banyak penelitian mutakhir telah menunjukkan betapa, bukan hanya pencapaian kebahagian fisik, mental, dan spiritual, bahkan keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dan kesuksesan karir individual lebih banyak ditentukan oleh kapasitas reflektif (sekaligus kreatif) dan kekuatan karakter (moral).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar