Kita semua, anak adam, pernah melakukan kesalahandalam dekapan ukhuwah, kelembutan nurani memberi kitasekeping mata uang yang paling mahal untuk membayarnya
dikeping uang itu, satu sisi bertuliskan “akuilah kesalahanmu”sisi lain berukir kalimat, “maafkanlah saudaramu yang bersalah”
Salim A Fillah, Dalam Dekapan Ukhuwah
Kumpulan frasa ini
mencekikku kuat
Seperti memintaku membuka
pintalan masa awal kita kenal
Kau tau ukhti, jelas sangat
tahu bagaimana aku yang penuh luka dan kecacatan rasa, kau sentuh tangannya
dalam jabat mesra tanda kita tlah saling kenal nama
Bagaimana aku dengan segala
keburukkan dan ketidaktahuan kau tatih perlahan menuju sebuah proses pemaknaaan
Kita melewati prosesnya
bersama, di surau itu, senja kian beringsut datang, kita membentuk lingkaran
dengan akhwat-akhwat berkerudung rapi dan berwajah bercahaya penuh keimanan, ukhti
cantik sang pengkaji memberi kita cerita yang begitu menyentuh sanubari,
membuat kita malu akan kualitas diri yang selama ini kita pikir tlah mumpuni,
tlah memadahi untuk membuktikan cinta yang purna pada Ia Sang Maha Esa.
Kita meringkuk, malu. Dan
selepasnya saling mengikat janji memperbaiki diri. Kau dengan segala nasihat
yang terlontar melalui lisan maupun tulisan kian memacu semangat itu. Kita pun
berlari kian jauh dan kian kuat saling menggenggam.
Mengenali hatimu, mengenali
hatiku.
Namun seperti banyak kisah, akan ada masanya
ukhuwah ini terasa mengikat menyakitkan, disaat saling bertatap tak lagi
menjadi pondasi mantap malah kian membuat hati gamang tak nyaman, saat bertemu
tak lagi melunturkan rindu malah membuat kita gagu saling meragu.
Saat itu kau tahu kualitas
iman ku sedang beringsut menurun jauh dibawahmu, karna itu ketaknyamanan kian
menjadi momok menakutkan bagi ukhuwah yang perlahan dirajut dengan pintalan
benang perbaikan. Saat itu mungkin aku sedang lelah, malas, dan pulas menikmati
segala rayuan dan bisikan setan, membuatku kian jauh dengan kebaikan.
Saat itu yang harus kau tahu
aku tak sedang meragu, tak juga berarti menginginkan tak lagi ada keberlanjutan
atas ukhuwah ini, tidak, sekali-kali tak inginku ada kata berhenti, karena jika
ada kata henti dan tinggalkan ku sendiri maka saat itu tak ada
lagi kita, tak kan lagi ada esok dan lusa karena luka pasti kan meminta
tempatnya, memenuhi rasa sakit dan memilih untuk saling menyakiti sampai akhir,
hingga lupa dan tak perlu lagi ada alasan untuk saling menyakiti dan
mendiamkan.
Sungguh aku tak mau, maka
maafkan aku, atas waktu kesiaanku, atas rasa pilu dan luka dari rombengnya
imanku.
Maafkan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar