Minggu, 02 Maret 2025

Melihat Kematian dari Barang-barang yang Ditinggalkan

Pengalaman ditinggalkan karena kematian rasanya mungkin adalah salah satu perasaan paling menyakitkan yang ditakdirkan jadi satu ketetapan tidak terbantah pada tiap manusia.

Tidak peduli betapa kamu menyukai sendirian pasti ada hal yang lebih kita sukai dari sepi. Wajah-wajah yang kita harap jumpai setiap hari dan momen berbagi cerita yang kita nanti. Namun semuanya lalu berakhir dengan kata mati.

Ilustrasi buatan sendiri

Salah satu momen menyakitkan buatku terjadi terlalu awal, ketika masa ujian akhir di SMA. Aku masih ingat rasa khawatir yang mengganjal di tenggorokan, tiap melihat ada langkah kaki guru mendekat ke kelas. Menjulur-julurkan kepala, karena takut ada yang berbelok masuk lalu memberi kabar yang paling aku benci untuk dengar, mengingat di hari-hari itu Kakek tercinta terbaring lemah di ruang rawat intensif rumah sakit.

Aku menemani dengan giat saat Kakek dinyatakan cukup pulih untuk dibawa pulang. Memasangkan Beliau kelambu sebelum tidur malam, menatap tubuh ringkihnya lama sambil memijat kaki yang dulu temani langkah kecilku belajar berjalan. Saat itu, aku masih punya harapan besar untuk Beliau sembuh dan bisa kembali 

Aku dekat sekali dengan Atu, begitu Beliau dipanggil. Saat kecil karena kedua orang tua bekerja, hampir penuh waktu kami dihabiskan bersama. Aku menyayanginya sebanyak dia menyayangiku. Aku menangis saat melihat dia kesakitan. Semua impian masa depanku, ada Atu di dalamnya. Tidak pernah terpikir, dia akan pergi tanpa persetujuan.

Hari di mana Beliau meninggal, aku merasa sedih namun lebih banyak bingungnya. Aku mau menangis lama tapi harus segera ikut berbagai prosesi pemakaman. Bahkan saat jenazah sampai di rumah, setelah dimandikan. Aku diam di dapur alih-alih duduk membersamai mayat karena perutku sakit, lapar dan mual. Tangisku sebentar saat itu. Tapi dukaku lama sampai sekarang.

Hal paling berharga yang Atu tinggalkan adalah diriku. Beliau tidak punya banyak barang berharga, ada sedikit harta untuk dibagi ke anak-anaknya. Tapi bagiku, yang paling berharga dari kepergiannya adalah aku. Semua bagian dari diriku yang mengingatnya dari membuka mata saat balita hingga dewasa.

Kepergiaan selanjutnya yang juga membekas adalah tanteku, adik Mama yang bungsu. Sejak kecil, sejak pertama kali aku bisa melihat dan mengingat, beliau telah ada di sampingku. Tut, panggilannya, telah ikut Mama sejak kecil karena Nenekku meninggal tidak lama setelah melahirkannya.

Ilustrasi buatan sendiri

Mamaku jadi sosok ibu kedua. Tut tumbuh bersamaku, aku belajar banyak hal darinya. Jarak usia kami juga tidak sampai habis hitungan jari tangan. Sangat dekat dan rapat. Karenanya kami sering beda pendapat. 

Kepergiannya meninggalkan perasaan sesal. Aku merasa ada banyak sekali ketidak adilan. Aku berharap dia masih punya banyak kesempatan. Perempuan yang hampir seumur hidupnya diisi dengan kemalangan.

Ketika Beliau meninggal, aku mengalami ledakan amarah. Rasanya Tut ku hanya dilahirkan untuk mengalami berbagai penderitaan. Ada banyak hal yang aku ingin Beliau lakukan. Aku ingin dia pergi ke luar kota, kalau perlu ke luar negeri. Aku ingin dia punya kenangan naik pesawat. Aku mau dia ada saat aku menikah. Aku mau dia punya banyak sekali uang untuk beli banyak barang. Aku ingin dia memiliki hidup yang penuh tawa untuk dirinya sendiri. 

Ilustrasi buatan sendiri

Melepas kepergian Tut dan Atu, seperti menutup satu pintu penuh dengan masa kecil dan mudaku. Orang-orang istimewa yang mengajarkan arti hidup bahkan lewat kematiannya. Atu dan Tut tidak pernah berhenti berjuang sampai akhir.

Saat membereskan barang peninggalan, aku melihat betapa kematian sangat mengejutkan bahkan untuk mereka yang mungkin telah sakit lama. Tut dan Atu punya jejak-jejak hidup yang sangat ketara. Seolah tiap barang yang tergantung, sprei yang berantakan, lemari yang tidak tertutup sempurna memanggil penunggunya untuk pulang seperti biasa. 

Barang-barang yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal adalah bukti bahwa mereka hidup dengan penuh sampai hari terakhir ditakdirkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar