Sabtu, 08 Maret 2025

Buang-buang Uang

Beberapa waktu lalu sempat muncul di timeline sebuah media sosial bagaimana beberapa orang mengkritisi pilihan kurang bijak dari masyarakat sebuah kampung yang mendapat ganti rugi uang dari pemerintah dalam jumlah besar. 

“Harusnya di-deposito-in sih”, “Hadeh malah beli mobil segala macam, nanti kalau uangnya habis, bingung!” dan lain sebagainya dengan nada meremehkan tak jauh beda. 

Mungkin baik maksudnya mengingatkan dan benar mereka punya planning yang kurang wise soal keuangan jangka panjang. But, let me give these people another perspective.

Ilustrasi buatan sendiri

Sebagai orang yang tumbuh dengan uang pas-pasan disaat orang tua juga memutuskan mengambil 4 orang anak lagi dari masing-masing pihak keluarga besar untuk dibesarkan, rasanya memiliki uang sendiri saat dewasa ini sungguh terasa menakjubkan. Aku seperti sedang merawat anak kecil yang dulu hanya bisa menelan ludah dan diam saat ditawarkan Mama jajan karena tahu itu hanya basa basi sedang uang kami sangat mepet tiap hari. Aku seperti bertamasya ke masa lalu untuk menyembuhkan kemuraman karena harus terus menahan diri dari memaksa keadaan.

Sebagai seseorang yang tumbuh menginginkan banyak hal tanpa bisa memiliki, aku paham sekali rasanya tiba-tiba punya daya untuk punya semua. Ingin beli ini itu, ingin punya ini itu selagi bisa. Karenanya aku mengerti yang dilakukan orang-orang kampung yang ada di berita. Setelah sekian lama menderita, apakah harus tetap hidup dengan cara yang sama disaat kita punya kesempatan untuk menuntaskan dahaga? 

Bergembiralah sejenak, semoga telah ada sedikit yang ditabung untuk hal perlu. Beli yang kamu mau, waktu ini, kesempatan yang datang adalah hadiah dari masa tunggu dan kerja keras yang lalu. Aku harap kita semua sembuh dari luka, aku harap kita menikmati jeda dengan napas lebih lega.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar