Setelah kembali merasakan jadi bagian dari masyarakat di rumah, aku jadi makin sering menyadari hal-hal kecil yang biasanya luput diperhatikan di kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah bagaimana sebuah komunitas tempat tinggal bekerja.
Di sini tiap melewati atau dilewati, setiap orang akan saling menyapa kecil dan melempar senyum. Bahkan tidak jarang kemudian berhenti sejenak di tempat acak untuk ngobrol bertukar kabar. Lucu juga kadang kalau diperhatikan, bagaimana bahkan saat saling naik motor, membawa bocah atau bahkan sampah, Bapak-bapak tetap memilih berhenti di pinggir jalan untuk bercerita.
![]() |
Ilustrasi buatan sendiri |
Kalau Ibu-ibunya karena tiap pagi ada pasar pagi yang buka, pokoknya siap-siap saja melihat pemandangan Ibu-ibu bergerombol mulai dari hanya 2 orang, hingga 5 sampai 6. Baru bubar kalau sudah ingat bahwa hari mulai siang dan mesti buat sarapan. Karenanya, kalau Mamaku pergi mau beli sayur di pasar pagi, aku sudah hapal dia baru akan kembali 1 jam lagi.
Lebih detail, di perumahan tempat tinggalku ada gang-gang, blok kami menyebutnya. Di sana ada Ketua RT yang memimpin kurang lebih 70 kepala keluarga. Kegiatannya seru, ramai, lancar. Tiap pagi minggu di awal bulan baru, Bapak dan Ibu berkumpul di tengah jalan. Kegiatannya senam, arisan, tes kesehatan lalu makan-makan.
Berwarna warni, para orang tua melenggak lenggok tidak begitu fasih menirukan instruktur senam di depan, diiringi satu dua celetukan mengundang tawa. Setelahnya duduk diam istirahat dalam bentuk lingkaran. Mengocok arisan untuk tahu siapa yang menang. Lalu tes kesehatan sederhana, karena ada Dokter di blok kami. Tensi darah dan cek kolesterol, biasanya. Kalau mau lengkap nanti ada waktu-waktu tertentu, akhir bulan kadang, masjid besar mengundang berbagai Dokter Spesialis dari rumah sakit terdekat untuk melakukan pemeriksaan dan semuanya GRATIS.
![]() |
Ilustrasi buatan sendiri |
Lanjut kegiatan berikutnya di blok kami dengan makan-makan yang modalnya diambil dari uang kas RT. Dibuat oleh Ibu-ibu dari sub terpilih yang terdiri dari 10 rumah berdekatan. Uang kas ini kecil jumlahnya namun karena teratur dan semua rajin bayar jadi punya banyak sekali manfaat. Untuk berbagai acara keagamaan, 17an sampai membantu menyediakan berbagai kebutuhan saat ada yang meninggal. Sebuah solusi palugada yang harapannya berguna bagi tiap anggota.
Melihat kegiatannya, aku jadi ingat nama sebuah komun di platform twitter, Komunitas Ramah-ramah. Selain counter Komunitas Marah-marah dengan cerita lebih adem dan wholesome, di komunitas ini aku melihat semangat kemanusiaan yang lebih menyenangkan, merayakan rasa aman, cinta dan pesan yang menyentuh perasaan.
Salah satu komentar yang aku ingat adalah bagaimana salah satu pengguna berkata, “kalau baca-baca cerita di komun ini jadi lebih optimis dan punya harapan atas hidup.” Yang membuat aku berpikir, bahwa benar juga ya. Alasan hidup itu kan macam-macam. Ada yang besar bukan kepalang, ada yang biasa-biasa saja seperti masih ada harapan untuk kehidupan lebih baik dari sekarang. Mungkin teman kerja yang baik, pasangan yang lucu atau kucing kecil yang setiap hari menyapa di pinggir jalan tiap kali kita lewat dengan wajah lelah.
Karena itu, salah satu alasan aku menulis blog dengan cerita sehari-hari yang sederhana saja walau kadang memang tidak selalu bahagia isinya tapi aku usahakan selalu punya pesan yang menghidupkan harapan. Karena siapa tahu, selain tentu saja diri sendiri, ada orang lain yang tidak perlu muluk termotivasi, hanya sekadar menghangat hatinya saat membaca postingan blog ini untuk bekal mengiringi hari yang panjang, sudah cukup bikin aku senang.
![]() |
Ilustrasi buatan sendiri |
Good fight, everyone. We can through it. Semoga tiap kita bisa usahakan selalu punya niat yang baik, dengan cara-cara benar, hati yang senang serta komunitas tempat tinggal yang sedia saling bantu dan sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar