Untuk itu aku sangat mengagumi sedikit dari para extrovert yang mampu merawat berbagai perbedaan lingkungan pertemanan yang dipunyainya dengan sangat baik.
Belakangan aku kenal seseorang yang seperti itu. Ia berhasil membuat aku lelah hanya dengan melihat tingkah polanya lompat dari satu acara ke acara lain. Ke kantor di pagi hari, buat vlog, makan siang dengan geng Influencer, malamnya pergi dengan senior di kantor sembari mengantar kado lego buatan sendiri khusus untuk Ibu Bos.
Photo by InĂªs Pimentel on Unsplash
|
Melihat jomplangnya gaya hidup kami, aku menyimpulkan bisa mengambil satu dua inspirasi.
Catatan pertama saat aku tahu betapa extrovertnya dia adalah bagaimana dengan segala aktivitas setumpuk, ia bisa sangat menikmatinya. Dia genuinely happy being around with people.
Catatan kedua adalah bagaiman aku sangat iri dengan kualitas kebaikan yang selalu siap ia berikan untuk orang lain. Yang lalu kembali ke dirinya sendiri. Aku saksi bagaimana orang-orang di sekelilingnya juga memperlakukannya dengan baik.
Darinya aku belajar meski sempat memiliki trauma pada orang dengan kepribadian extrovert, kini aku bisa melihat mereka dengan sudut pandang berbeda.
Kenalanku ini selalu sangat attentive, dia melihat, mendengar dan mencatat masing-masing orang dengan baik. Si A sukanya makanan manis, si B lebih suka hadiah sederhana buatan sendiri.
Dia peduli dan willing untuk membantu orang lain. Kadang di waktu luang, ia berikan layanan untuk orang-orang sekitar; membantu berdandan atau memakaikan masker wajah saat bersantai.
Photo by Scott Webb on Unsplash
|
Darinya aku belajar bahwa punya teman banyak juga baik. Kamu bisa membangun relasi juga melatih diri dengan berbagai keadaan dan kepribadian manusia lain. Toh dunia ini tidak melulu hitam putih. Abu-abu ada untuk beri kesempatan orang berbeda memberi kesan yang lebih baik atas konklusi kamu sebelumnya.
Thank you, G for your smile and inspiration :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar