Rabu, 12 Februari 2020

Aku Bucin?

Bulan Februari yang katanya bulan penuh cinta sepertinya berhasil membangkitkan sel romantis didiriku untuk bercerita tema-tema hati. Setelah kemarin mendapat berbagai opini terkait putus, sekarang ingin berbagi perspektif berbeda tentang bucin alias budak cinta.

Photo by Carolyn V on Unsplash

Konotasi negatif menempel pada istilah ini, di media sosial kerap digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tengah dimabuk kepayang hingga melakukan hal-hal yang cenderung berlebihan.
Kamu termasuk juga?

Sebagai orang yang tertutup dan memiliki gengsi setinggi langit, aku termasuk orang yang tidak simpatik dengan istilah ini sampai pada tahap tidak habis pikir. Tentu saja aku pernah menyukai orang lain, namun level suka ku tidak pernah sampai merasa harus berkorban sedemikian rupa sampai ditahap menjadi bucin. Bagaimana bisa kamu mencintai orang lain dengan begitu besar tanpa syarat?

Sampai suatu hari aku bertemu seorang kenalan yang dengan sekali lihat saja kamu pasti tahu tengah jatuh hati pada sahabatnya, si O, too obvious. Kami, sebut saja G (kenalanku) dan aku tidak benar-benar tahu perasaan si O karena ia selalu terlihat baik pada semua orang. Walau jujur saja menurutku, dia 2 kali lipat lebih baik pada si G dibanding ke yang lain.

Photo by Joshua Ness on Unsplash

G dan O sudah mengenal sejak lama dan bekerja sama dalam berbagai proyek 3-4 tahun belakangan. O yang memang jomlo dan memiliki karakter menyenangkan terang ditaksir banyak orang. Mulai dari kado, titipan salam, pesan pribadi ke akun media sosial sering ia dapatkan dan G tahu dengan pasti fakta ini.

Namun kamu tahu bagaimana si G mengatasi hal tersebut? Dia terlihat biasa, tidak pernah terintimidasi dengan betapa populer gebetannya di lingkungan kami.
G yang memang juga berparas rupawan, baik dan punya banyak teman selalu terlihat baik-baik saja dan terus melanjutkan perasaannya. Dia tidak pernah ragu, malu, atau sebaliknya berpura-pura kuat saat O terlihat dekat dengan orang lain. G, dimataku dan kawan-kawan lain just simply happy for loving someone hal yang membuat kami juga bahagia sekaligus belajar.

Photo by Ethan Hoover on Unsplash

Dia dengan hanya jatuh cinta sepenuhnya mampu mengajarkan aku tentang bagaimana seharusnya merayakan perasaan. Jatuh cinta, baik terbalas atau tidak sejatinya adalah tanggung jawab pribadi. Kita boleh menunjukkannya, harus malah pada orang yang kita kasihi. Memberi kisi-kisi sebesar apa cinta yang bisa ditawarkan kini dan nanti. Tidak perlu terlalu banyak drama dan sakit hati kalau pun hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi.

G mengajarkan aku untuk jatuh cinta saja sedalam mungkin tanpa penyesalan.
LIVE SIMPLY, LAUGH OFTEN AND LOVE DEEPLY.


Photo by Amy Shamblen on Unsplash

Begitu pula dengan bucin-bucin di luar sana yang kamu dan aku kenal. Mungkin mereka bukan tidak punya logika hanya ingin mencintai dengan merdeka versi mereka, sedalam-dalamnya. Agar tidak ada penyesalan seperti syair dalam penggalan lagu Maudy Ayunda, "Mengapa dahulu, tak ku ucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari?" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar