Selasa, 19 November 2013

Kita mulai dari keluarga

Umurku masih 8 tahun saat itu, agak samar kuingat wajahnya. Ia ku panggil Sidi, yang berarti kakek dalam Bahasa Lampung.
Melihatnya lemah terbaring di atas kasur busa yang di letakkan di lantai, tanpa dipan.
Setiap aku berkunjung, ia dangan senyum yang samar akan bertanya dengan suara lirih, di tengah kegelapan kamar " Mega, sehat ? "
Mega adalah panggilan kesayangannya untukku. Megawati, karena ia ingin aku berani seperti presiden wanita pertama republik ini.

Mata ku berkaca, meski belum terlalu mengerti. Aku tahu kepeduliannya di tengah sakit yang tengah ia rasakan, menggetarkan hati tanpa perlu aku mengerti lewat logika.

Kini setelah dewasa dan cukup mengerti, aku mencari tahu perihal sakit yang dideritanya. Rematik. Mungkin terdengar ringan bagi banyak orang di kampung kami. Seolah sudah biasa dan tak perlulah sampai harus diperiksa ke rumah sakit yang ada.


Namun rematik pulalah yang kemudian melumpuhkan kakek ku, bersama dengan penyakit lain bergumul memecah imun. Membawanya pada ketiadaan, pada berhentinya tiap perjumpaan yang diusahakan oleh aku dan Papah, sebulan sekali, jadwal yang telah ada untuk mengunjunginya, berubah menjad takziah dengan bertumpuk doa dan rindu di depan makam.

Kesadaran akan kesehatan terutama oleh mereka yang dhuafa memang masih begitu memprihatinkan.
Begitu mudahnya menggampangkan gejala yang ada, dianggap hanya dampak kelelahan dari pekerjaan berat yang dilakukan seharian.

Mensosialisasi pentingnya kesadaran untuk menjaga kesehatan adalah pekerjaan rumah kita saat ini, generasi muda saat ini. Dimulai dari keluarga hingga bangsa.

Sedikit cerita, berbagi di blog mini. Semoga bermanfaat.

1 komentar:

  1. seharusnya yang lebih digalakkan oleh pemerintah adalah bagaimana mempunyai pola hidup sehat, termasuk kebiasaan membuang sampah di tempat sampah, penggolongan sampah, dll. karena selama ini kita termasuk orang-orang yang kemakan sama iklan.
    =================
    nutrisi ibu hamil

    BalasHapus