Jumat, 25 Januari 2013

Waktu, Kejujuran dan Pemuda



Saat proses panjang pencarian ilmu itu hanya dinilai dengan angka mutu. Saat arti kejujuran tak lagi di indahkan. Saat Tuhan digadaikan hanya demi nilai yang terpampang, hanya demi gelar Cumlaude yang  disandang.

Sedih pun tak mampu menjelaskan secara gamblang bagaimana rasa yang kini bergelanyut manja dalam dada. Marah pun tak bisa. Mengubahnya mau dimulai dari mana ? Jika hati nurani tak lagi jadi tameng atas dosa, jika doa-doa dan sujud yang tiap hari terbaca dan terupa tak mampu mengingatkan akan akhirat disana.

Kita masih muda, kawan. Tapi tak berarti kita hidup selamanya. Kita masih muda, kawan. Tapi siapa yang bisa sangka, bisa menerka jika batang usia mungkin tak genap dua puluh lima.
Ini hanya perihal di dunia. Kita belajar bukan untuk pintar, kita belajar bukan untuk jadi menteri. Jadi untuk apa sebenarnya kau ributkan nilai yang kau sendiri tak tahu apa artinya bagimu. Bukankah kenyataan yang hakiki tergambar disana, di realita. BAHWA MEREKA YANG JUJUR LEBIH BAHAGIA tak hanya didunia, tapi Insyaalloh kelak hingga kesurga. Bukan kejeniusan yang membuatmu jaya, tapi berbagai sikap positif diri dan kemauan menjalani proses yang panjang dengan penuh kesabaran adalah kuncinya.


Menuntut ilmu perintah Tuhan, namun semua tak pernah diukur dengan gelar, tidak juga dengan kesoktahuan dan tidak dengan  mengindahkan aturannya yang dilarang.
Sadarkah, kita masih terbelenggu untuk meributkan hal-hal sepele berkisar nilai mutu satu semester yang kita tahu takkan membunuh, kita terdogma untuk saling sikut merebutkan harta dunia yang habis dilahap sekejap mata. Ya, kita, anak muda Indonesia.

Tak bisakah kita buka mata, dan mulai melihat apa yang terjadi disana, dinegeri-negeri yang kita sebut saudara, dinegeri islam tempat bercecernya darah syuhada. Para syuhada itu seperti kita, pemuda. Usia kita tak jauh beda dengan mereka, tapi apakah kau tahu yang mereka perjuangkan jauh, sangat jauh melampaui apa yang kita ributkan dan rebutkan setiap hari. Mulai buka bukumu, mulai baca agar tahu. Rasa malu niscaya meletup-letup dalam dada, rasa malu pada Allah, Nabi dan para orang mukmin diluar sana.

Dimana kau saat mereka meregang nyawa di Tanah Palestina ? Sedang apa kau saat peluru menembus kepala saudaramu di Syria ? Sedang sibukkah kau untuk belajar, berkarya dan mengirim doa, atau sibuk bercanda, berleha-leha dan membuang waktu yang ada ? Bagaimana jika kelak deretan Tanya ini meminta tanggung jawab kita disana, dihadapan Nya yang maha kuasa. Lantas apa jawab kita ?

Perenungan bersama untuk kita, yang dengan bangga menyebut diri sebagai pemuda, namun masih enggan belajar, berkarya dan mengirim doa untuk saudara kita disana.
Salah satu tulisan hasil penarikan  kesimpulan dari fenomena yang kini ada.
Sudahlah kawan, hentikan keluhanmu, mari gandeng tanganku, mari saling membahu, bergerak dan kelak disana kita bisa dengan tegak dan jelas menjawab pertanyaanNya, Untuk apa waktu yang Ku beri untukmu di Dunia ?
Lagi-lagi tak ada kesan menggurui, berkali-kali kutulis kata kita, itu tak berarti hanya untuk kau, pembaca, tapi juga untukku, karena akulah yang paling merasa tak tahu malu akan waktu panjang yang telah kulewati itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar