image by weheartit
16.15 WIB
15 Menit berlalu sejak waktu janjian.
Daripada bosan, aku memilih untuk mengedarkan pandangan.
Hm..ini tempat nongkrong yang cukup menyenangkan. Sepertinya aku akan menandai
tempat ini sebagai tempat yang tepat untuk melarikan diri saat penat.
Hening, kayu dan senja. Perpaduan sempurna.
Kafe ini terlihat baru buka, pengunjungnya didominasi oleh
anak muda. Ada beberapa kursi kosong di depan juga bagian tengah sedangkan
seperti biasa bagian pojok kafe sudah dihuni beberapa manusia.
Di sebelah kiriku tepat di pojok dekat jendela, ada seorang
gadis yang sejak tadi telihat serius mengetik. Dia duduk menghadap dinding,
sedang aku menghadap depan seakan berhadapan dengannya.
Wajahnya berkali-kali menunjukkan ekspresi yang berganti.
Kadang seperti sedang berpikir, kadang lega, kadang kesal. Menarik.
Berat sepertinya.
“Haaah dimana dimana ?”
Aku reflek menengok ke arah suara berisik itu berasal, tidak
bisa dikatakan mengganggu karena suara yang dikeluarkan sangat kecil, tapi tetap
membuat penasaran.
Saat aku menengok kiri, gadis yang beberapa menit lalu
terlihat sangat tenang kini terlihat gugup. Menumpahkan seluruh isi tas birunya
ke atas meja.
Dia menggigit bibir bagian bawah dengan cemas.
Apa yang sebenarnya dia cari ?
Eh kenapa juga aku penasaran.
Maaf, sepertinya kita
tidak bisa bertemu sore ini.
Maaf…ng
Kenapa pula aku harus menerima double maaf hari ini ?
Dengan tanpa menahan wajah cemberutku, aku menengok ke gadis
pojok kiri yang kini berdiri sambil menunduk di sebelahku. Dia yang mengatakan
kata maaf tadi.
Aku tak menjawab. Suasana hatiku tiba-tiba berubah tidak
baik karena pesan seseorang dan gadis ini dengan seenaknya (atau tanpa sengaja)
malah ikut mengucapkan kata yang paling membuatku marah hari ini.
“Boleh pinjam flashdisknya sebentar ?”
Rasanya aku ingin menjawab dengan suara keras,
Kamu pikir saya warung fotokopi berjalan ?
Tapi aku tahan, melihat wajah takut-takutnya, aku tak sampai
hati menunjukkan temperamenku yang buruk.
Tanpa bicara (lagi) kuulurkan flashdisk biru yang memang aku
jadikan gantungan kunci di tas hitamku.
Dia mengambil dengan buru-buru.
Saat ia kembali ke mejanya, aku mendapat pesan lain di
androidku.
Sebenarnya aku ingin meninggalkan pesan agar ia menjaga
flashdisk itu sampai perjumpaan berikutnya. Tapi tidak sempat, aku terlalu
terburu-buru.
Tanpa berpamitan padanya, aku segera membawa tas hitamku,
tak lupa meninggalkan beberapa lembar uang untuk membayar minum yang ku pesan.
Gadis pojok kiri sepertinya kita memang harus berjumpa lagi.
***
Sama seperti sebuah perjalanan. Segala hal yang sedang kita
lewati saat ini sejatinya adalah penyatuan dari pertemuan, menikmati atau
mengeluhkan perjumpaan lalu berakhir pada satu kata, pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar