Kamu duduk
di sudut paling gelap. Selalu begitu. Awalnya satu persatu mereka akan
mendekat, penasaran. Apa kamu baik-baik saja? Butuh ditemani? Tanya mereka
dengan wajah prihatin dan kasihan. Kamu menjawabnya dengan senyum sambil
menggeleng perlahan. Selalu begitu.
Mereka yang
penasaran perlahan menjauh. Mulai berpikir kamu memang tidak suka keramaian,
sebagian lagi berpikir kamu terlalu aneh untuk bisa berbaur. Kamu diam tanpa
perlu memberi penjelasan.
Kamu suka
sendirian, mengamati keramaian. Kamu suka melihat banyak wajah dan ekspresi
yang berubah-ubah. Bertanya dalam hati, apa kamu juga punya satu dua ekspresi
itu? Atau bolehkah kamu meminjamnya dari wajah-wajah mereka.
Bagimu,
sejak hari itu. Hari dimana kamu sadar tiap orang disekitarmu hanya terikat
pada kepentingan, kamu memutuskan melepaskan semua. Memilih sendirian.
Semua
hubungan yang kini kamu jalani, kamu pilih dan sadari dengan perjanjian
keuntungan. Bagimu itu semua lebih aman. Tidak akan ada yang berharap lebih,
lalu kecewa.
.
.
.
Kamu masih
di sana. Diam mendengarkan bisikan-bisikan pikiran yang mulai masuk ke kepala.
Bagaimana kalau kamu sekalian saja menghilang pergi? Adakah yang terluka atau
kehilangan? Kalau pun ada, untuk berapa lama sebelum mereka perlahan-lahan lupa
lalu melanjutkan kehidupan seolah tidak terjadi apa-apa?
.
.
.
Kamu
menertawakan pikiranmu namun tanpa sadar mulai melakukan persiapan melarikan
diri. Mengecek tiap laci dan lemari. Membuka semua rahasia untuk menguburnya bersama
mata yang selalu terjaga. Sebagian lagi kamu tenggelamkan dalam palung
terdalam, meski kamu tidak bisa berenang.
Hari ke
hari persiapan semakin sempurna untuk sebuah ketiadaan. Kamu tersenyum simpul.
Puas.
.
.
.
Dulu,
sebelum kamu sadar kamu hanya sebuah proyek percobaan. Kamu diperlakukan sejauh
tujuan Tuanmu berhasil kamu wujudkan. Nyatanya, kamu gagal. Dan mimpi burukmu
berawal, entah kapan berakhir. Untuk itu, kamu telah mengambil keputusan untuk
mengakhirinya sendiri.
Sepi.
Dalam
kegelapan.
Tanpa salam
perpisahan.
Tanpa
permohonan maaf atau ucapan terima kasih.
Seperti
kabut, seperti tanah yang basah, seperti bau debu yang ditimpa derasnya hujan.
Kamu
menghilang.
Tanpa ada
yang sadar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar