Senin, 18 Januari 2016

Perempuan Pendiam


Perempuan pendiam itu lagi-lagi terjepit dalam situasi 'harus segera cari obrolan sebelum dianggap tidak asyik untuk jadi teman'.
Kedua tangannya saling menggenggam. Berhitung dalam hati dan menyiapkan sebaik-baik topik untuk setidaknya bersuara dan saling menolehkan muka dengan seseorang yang duduk di bangku sebelah.
Meghirup napas, menghela napas. Bicara.
Perempuan itu berkali-kali disebut tertutup, introvert, aneh dan pendiam.
Berkali-kali ditinggal sendirian.
Dijauhi saat ia sedang belajar pelan-pelan  menguatkan diri untuk bisa beradaptasi.

Dia lamban, jarang pergi-pergi ke luar.
Kurang bisa bicara banyak dan panjang-panjang dalam diskusi dan tidak suka mendominasi.
Ia sering kecewa namun diam saja.

Namun ada hal yang ia sukai. 
Menulis juga membaca.
Kertas dan pena tak pernah banyak menuntut.
Tak pernah menilai atau berprasangka buruk. 

Dia dan buku saling menjaga rahasia.
Mencintai tanpa banyak suara.

Begitulah cerita tentang seorang perempuan pendiam. 
Tentang pencariannya menemukan kenyamanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar