Kamis, 19 Juni 2014

Kerja


Jika kubawa-bawa ayat, kau bilang aku tak moderat.
Ku selipkan nasihat orang terkenal, kau mendecih berkata mereka tahu apa ?

Ya, selalu begitu. Kau akan mampu mencari berjuta alasan untuk menutup mata dan telinga dari kebenaran yang tak pernah menjadi keyakinan.
Kurang bukti apa lagi untuk menunjukkan bahwa kenistaan lebih banyak diterima dibanding berjuta uang yang didapat dari tergadainya kesucian dan martabat ?
Kita tak lagi bicara sensasi, bukan untuk membuat mata manusia terpana dan menggumam puji.
Kita, bangsa yang tengah terus bertumbuh, bersama pemimpin yang peduli, telah sampai pada perbaikan berbasis nurani.

Bukankah ibumu seorang wanita juga ?
Apakah layak seseorang yang di telapak kakinya terjanji sebuah rumah surga malah dieksploitasi atas nama materi ? Lalu kau berkilah lain, bisnis ini tak akan mati, jika kau tutup, mereka toh akan berkeliaran di tempat lain ?
Bukankah harusnya kita optimis pada perubahan ? Berbaik sangka pada tiap upaya. Setidaknya ada sebuah aksi untk memperbaiki negeri ini, dibanding kau yang hanya mampu mencaci tanpa solusi.

Untukmu, Ibu yang mencintai Tanah Surabaya dengan keringat dan nyawa, terima kasih telah mengajarkan kami arti nyata dari kata "KERJA"

2 komentar:

  1. mbak puisinya bagus, tapi judulnya di buat lebih "nyeleneh" dikit biar orang - orang pade tertarik :D

    BalasHapus
  2. iya ya jeng ? Mbak selalu punya masalah dengan 'menentukan judul'

    BalasHapus