Ini hasil perenungan,
perjalanan yang belum cukup panjang memang.
Aku mengeluh, mengeluh pada
diri ini juga pada saudaraku sendiri, sesama muslim. Aku ingin bertanya,
berteriak bila ku bisa, hanya untuk jawaban atas sebuah kata “mengapa ?”
Mengapa lebih percaya pada
dunia jika telah tahu janji Allah pasti nyata atas surga ?
Entah sejak kapan konspirasi
besar ini membentuk simpul terpercaya berlabel kongres bangsa-bangsa, ya
seluruh dunia mengamininya, ketakutan itu merajalela, ketakutan pada muslim,
pada mereka yang menjalankan syariah sesuai perintah.
Entah sejak kapan ia yang
berjenggot tebal dan berkerudung hitam lebih kita takuti daripada mereka para
pakar liberalis, hedonis yang dengan seringai licik menyelipkan bom-bom pikiran
pada tontonan kita, menjajah kesehatan makanan kita, menggempur batas halal
haram kita, meleburkan semua batas seakan abu-abu itu gaya baru, seakan beriman
dianggap tak jaman, dan yang berjuang dikatakan sarang keburukan. Fanatik pada
yang baik ditakuti, dijauhi, dikecam sampai antipati, sedangkan ia yang
menawarkan kebebasan, indahnya duniawi, kita jadikan tontonan tiap hari, kita bela
sampai mati hingga tak jarang kita berani pertaruhkan iman, nurani hanya demi
sebuah label trendy atas gaya masa kini.
Kita mengeluh tentang banyaknya
aturan, tanpa sadar bahwa surga itu ada diujung kesabaran. Kita mengeluh akan
minimnya doa yang terkabulkan, tanpa berkaca shalat pun tak sampai lima waktu
kita lakukan, kita terlupa atau berpura-pura lupa, menutup telinga, sibuk
ribut, berebut, berkasak-kusuk perihal mode, gaya rambut dan baju yang terasa
kurang mahal, kurang bersinar, tanpa tahu kabar saudara kita di Palestina,
Syria dan Burma. Saudara kita dijajah, berdarah, menangis ditengah kesendirian,
sementara kita sibuk galau dan bertengkar di media sosial.
Semoga masih ada waktu
untukku dan saudara sesama muslim untuk membenahi, belajar dari awal, dan
berharap menghadap Alloh dengan pertobatan dan akidah yang tertanam tak gentar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar