Tentang kaidah, pengertian apalah lagi tentang tata cara pelaksanaan berbagai ritual aku masih sangat awam.
Terakhir kali saat menghadiri sebuah acara yang membawa tema Perempuan dan Kepenulisan, aku dibuat iri bukan main ketika diminta membuat kelompok untuk tulisan feature yang memanfaatkan hasil wawancara kami dan mengawinkannya dengan sumber pedoman agama. Perempuan-perempuan cantik dengan pakaian warna-warni dan senyum terlukis di bibir fasih menggumam berbagai ayat dan hadits sesuai konteks ditambah dengan terjemahannya.
Sedang aku hanya mengangguk angguk terkesima.
Perempuan-perempuan ini sekali lagi buat aku percaya bahwa mempelajari, paham dan berusaha meneladani inti sari spiritual yang mereka yakini bisa dengan bahagia dan penuh kasih,---tentang ini, maaf sekali jika sensitif, tapi aku pikir kita harus berhenti terpukau dengan penampilan luar seseorang. Nyatanya, baju putih, sorban dan berbagai atribut yang dulu jadi kode profil seseorang dan kelompok. Kini bisa sembarang dipakai untuk menyebarkan rasa takut dan kekerasan---- (ini kita bahas lain waktu).
Kembali ke bagaimana agama jadi pilar penting di negara ini dilihat dari berbagai dinamika yang terjadi, aku yang punya secuil pengetahuan pun berkali-kali terseret arus. Kadang saat bertemu dengan orang yang 'baru belajar' dengan semangat, aku jadi ikut 'semangat'. Mengharam-haramkan sesuatu dengan mudah tanpa belajar tentang konteks dan penyesuaian dengan latar belakang tempat tinggal serta waktu diterapkannya amalan.
Saat bertemu dengan yang malasnya minta ampun hingga hampir murtad, aku juga jadi ogah-ogahan. Ah yang penting wajib sudah tertunaikan.
Begitu terus sampai akhirnya paham, bahwa yang terbaik buat aku, versiku adalah mengambil berbagai pemahaman dari mereka semua.
Menulis kenangan, gumaman dan rencana menjadi simpul-simpul kecil penanda kehidupan
Jumat, 19 April 2019
Senin, 15 April 2019
Kritik dan Saran Seputar Judul Ceramah di Acara Pengajian
Assalamualaikum, Pak Ustaz, Izin bertanya. Anak saya susah sekali diomingi, bagaimana ya caranya semua dia jadi sadar dan nurut?
![]() |
Photo by Mohamed Nohassi on Unsplash
|
Semenjak kembali ke rumah dan mendapati tiap pagi televisi dinyalakan
untuk mendengar ceramah, ada sesuatu yang terasa mengganjal di hati. Ditambah
dengan sayup-sayup penggalan ceramah Ustaz tersohor yang kerap terdengar dari
telpon pintar Ibu. Saya mendapati sebuah fakta bahwa hampir ditiap ceramah yang
populer sekarang (selain tentu seputar politik dan keberpihakan) selalu
didapati judul yang melibatkan anak sebagai objeknya. Menjadikan anak berbakti
lah, doa dan amalan agar anak menjadi penurut dan lain sebagainya.
Tanpa mencoba sok tahu, saya paham kebanyakan peserta yang
mendengarkan adalah orang tua, khususnya kaum Ibu. Dan anak adalah topik yang
menarik, dekat dengan keseharian serta bisa jadi pengikat rasa senasib
sepenanggungan .
Tapi sesederhana bahwa Ibu juga adalah manusia dewasa yang
punya kewajiban macam-macam, bukankah seringnya pemilihan judul ceramah seperti
ini justru membuat kian kecil wilayah yang mestinya mereka pahami dan beri
perhatian?
Langganan:
Postingan (Atom)