Sabtu, 16 Juni 2018

Pelajaran dalam Perjalanan

Tahukah kamu, dulu bahkan seorang Raja berkuasa ditemani berpuluh Mentri ahli yang memutuskan melakukan berbagai ritual demi mendatangkan hujan? Mulai dari pencucian dosa hingga menikahkan anak gadisnya. Dulu, gerhana bulan dan matahari dianggap sebagai kutukan hingga mati-matian dihindari. Dianggap sebagai pertanda buruk bagi sebuah negeri.

Aku belajar tentang hal ini melalui beberapa drama Korea dan cerita-cerita dari para tetangga. Dan aku menarik kesimpulan terkait fakta yang ada, bahwa kebodohan sama seperti usaha mendapat sebuah ilmu. Keduanya memiliki konsekuensi yang besar.

Dokumentasi Pribadi

Kebodohan, pemahaman yang belum sampai, ilmu yang tidak berdasar seperti awan kelabu yang menutup cahaya. Kita buta, meraba-raba dan pada akhirnya mengambil keputusan yang tidak bijaksana.
Sedang usaha mendapat ilmu meski lelah, menghabiskan banyak waktu dan biaya bisa mengurangi resiko dari sebuah kesalahan, bisa membuka mata, telinga dan hati dari berbuat hal yang kurang bermakna.


Dan inilah satu dari beberapa alasan kenapa aku memutuskan melakukan perjalanan sendirian. Jika ada teman, kita cenderung saling bersandar. Bercerita terlalu banyak hingga tidak punya waktu untuk diam memandang sekitar.
Sedang saat sendiri, selain Tuhan (tentu saja), satu-satunya orang yang bisa kamu andalkan adalah dirimu sendiri. Karenanya kamu akan mengaktifkan berbagai radar dan potensi diri untuk mencapai tujuan.

Dokumentasi Pribadi

Sebelumnya aku mudah curiga, sulit membuat keputusan dan prioritas. Sekarang setelah melakukan perjalanan sendirian, aku perlahan mulai berubah. Melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. Menjadi lebih praktis dalam bertindak dan menikmati tiap proses sebagai bagian dari pelajaran.


Dulu aku bisa sebal setengah mati jika harus membayar sesuatu dengan harga yang sangat mahal. Setelah bayar pun masih ada gelembung besar di dada yang membuat sesak. Kini, meski harus bayar 68 ribu untuk siomay sepiring dan jus alpukat segelas di kafe dalam bandara, meski merasa menyesal karena telah mati-matian berhemat uang untuk membagikan THR di kampung halaman rasanya semuanya jadi lebih mudah diterima dengan satu kalimat andalan, biaya sebuah pelajaran.

Dokumentasi Pribadi

Dulu tiap melihat orang dengan badan besar dan wajah kurang ramah langsung antipati, takut dan cemas. Sekarang, saat dapat supir travel berwajah seram dengan 3 penumpang lainnya berjenis kelamin berbeda malah lebih nyaman saat diperjalanan karena Beliau memilih memutar lagu “You are beautiful in white” dan lagu kebangsaan para pecinta se Indonesia, “Surat Cinta untuk Starla”. Sedang di travel sebelumnya, ada pria dengan jenggot gondrong yang ku kira Ustad ternyata santai saja merokok pukul 8 pagi di dalam mobil saat bulan puasa. Don’t judge the book by it’s cover!!

Dokumentasi Pribadi

Aku juga belajar bahwa bantuan lebih sering datang dari keadaan yang tidak disangka, dari orang-orang yang kadang tidak punya posisi besar dalam stratifikasi sosial kita.
Hari-hari pertama di Kediri saat kebingungan mencari ATM BNI untuk membeli tiket balik (tahu kan kalau pesan tiket online ada batas waktu transfer). Aku yang kebingungan karena lokasi ATM yang teryata tidak sesuai dengan lokasi di peta lalu dibantu oleh Bapak Gojek berkeliling sampai menemukan yang sesuai tujuan tanpa dipungut biaya tambahan.
Atau saat kebingungan di terminal, yang membantu menunjukkan bus yang harusnya aku naiki adalah Mas-mas penjaga toilet begitu juga saat di bandara, tempat mendapat jawaban paling lengkap adalah Ibu yang membersihkan toilet di Juanda.

Dalam perjalanan kali ini, aku melihat, mendengar dan merasakan berbagai sensasi masuknya pengetahuan baru, kebijaksanaan dan limpahan syukur. Semoga ke depannya bisa menjadi pribadi yang terus antusias belajar. Tidak sabar untuk melanjutkan langkah ke perjalanan berikutnya. Sampai ketemu!!

1 komentar:

  1. Tulisannya bagus banget, mbak.
    Yeah, kadang kita perlu "sendiri" untuk bisa belajar banyak hal, untuk "berjuang" dan menghargai!

    You're on the right track :)

    BalasHapus