Minggu, 10 Mei 2015

Drama Romantis, Ibu dan Gerimis

flickr.com

Di gerimis yang membasahi hijab putih ku yang terulur, ku titipkan rindu untuk menatapmu, Ibu. Di jejak langkah tanah becek dan kubangan air yang membuat kaus kaki cokelatku basah karena lubang di sepatu putih yang ku kenakan, ku rangkai doa penuh cinta atas segala pengorbanan yang kau lakukan.
***
Hujan membawaku pada memori di malam-malam yang telah kita lewati, di malam dingin dengan derasnya hujan yang mengalir, kau kenakan mantel hitam, memasukkan sepatu ke dalam tas biru, memakai helm, dan membungkus kaki yang mengenakan sendal jepit dengan kresek hitam besar.
Kau yang begitu tangguh dan aku yang mengantar kepergianmu sampai di depan pintu rumah sederhana kita yang bercat biru, dengan senyum dan hati yang basah oleh embun keharuan.

Hampir 20 tahun kau lalui malam-malam berhujan dengan seragam mantel yang sama. Tanpa keluh, tanpa pernah ku lihat lelah di matamu. Dan kini dalam rinai hujan yang sama, izinkan aku mencicip basah yang sama. Basah yang telah kau lewati bertahun-tahun. Basah yang membuatku cemas akan keselamatanmu, basah yang membuatku kian iri dengan hangat yang melingkupi ibu-ibu tetangga sebelah rumah, yang tak mesti bekerja, membantu suaminya mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Bola mata ku terus mengikuti pergerakan sepeda motor yang kau naiki, hingga mengecil, kian jauh dari rumah. Tak terasa pandanganku memburam, membawaku pada setekad janji untuk patuh pada wanita mulia bergelar ibu yang dengan tulus berjuang demi melihatku tumbuh besar dengan nyaman tanpa kekurangan.

Hujan membuat kian basah baju yang ku pakai berjalan memecah gerimis dan kelabunya awan, seperti basahnya mukenahmu yang pasrah menerima ribuan tetes air mata dalam malam-malam yang kau habiskan dengan sujud dan berdoa. Dan ditiap lembar doa yang kau ucap, ku dengar namaku berkali kau sebut.
***
Kau yang selalu lugas merangkai nasihat bagi gadis kecil yang kini tengah berjuang menyelesaikan pendidikan sarjana.  Kau yang tak lelah bertanya pada tiap sambungan telpon atau pesan pendek yang dikirim tiap malam. Kau yang membuatku rindu pada pesona kasih yang ikhlas kau bagi tanpa pamrih untuk diganti. Membuatku terbata mengeja makna cinta yang purna, jika cinta antar manusia bisa demikian haru dan membuatku candu, maka bagaimana cinta yang selama ini diberi Rabbku ?
Cinta yang membuatku terbangun di pagi yang indah, mengizinkanku mencicipi hari yang penuh berkah dan memberiku jeda pada malamnya. Pantaskah jika makhluk bergelar hamba ini kemudian merasa berdaya untuk tak bersyukur dalam sujud & doa ?
Bersyukur atas cinta yang dititipkanNya pada hati kedua orang tua kita dan berdoa untuk ampunan dosa keduanya.

*Sebuah karya di tahun 2014. Pengobat rindu untuk pembaca setia. elehh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar